The Shattered Light-Chapter 92: – Kebenaran yang Tersembunyi

If audio player doesn't work, press Reset or reload the page.

Chapter 92 - – Kebenaran yang Tersembunyi

Kilatan cahaya menyelimuti Kaelen, menelan seluruh pandangannya dalam kehampaan yang berdenyut. Udara di sekelilingnya membeku, dan tiba-tiba, ia merasa seperti jatuh ke dalam kekosongan yang tak berujung. Suara-suara berbisik memenuhi kepalanya, tetapi ia tak bisa memahami kata-kata mereka.

Saat cahaya itu meredup, ia mendapati dirinya berdiri di sebuah tempat yang asing—sebuah aula besar yang dikelilingi pilar-pilar batu hitam. Bayangan bergerak di sekelilingnya, berbisik tanpa suara. Lantainya berkilau seperti kaca, memantulkan wajahnya yang tampak lebih lelah dari sebelumnya. Di tengah ruangan itu, sosok wanita yang tadi ia lihat berdiri menatapnya dengan ekspresi sedih.

"Kaelen..." Suaranya lembut, namun menggema seperti datang dari banyak arah.

Kaelen mengerjap, jantungnya berdegup kencang. "Siapa kau?"

Wanita itu menatapnya dengan mata yang dipenuhi kesedihan. "Aku adalah bagian dari ingatan yang telah kau buang. Aku adalah seseorang yang seharusnya kau ingat... tetapi sekarang aku hanyalah bayangan yang memudar."

Kaelen mencengkeram kepalanya, mencoba mencari potongan kenangan yang sesuai dengan kata-katanya. "Aku tidak mengerti... Mengapa aku tidak bisa mengingatmu?"

Wanita itu tersenyum tipis. "Karena kekuatanmu. Setiap kali kau menggunakannya, sesuatu yang berharga diambil darimu. Dan aku..." Ia menundukkan kepala. "Aku adalah harga yang telah kau bayar."

Kaelen terengah, merasakan sesuatu yang menghantam dadanya. "Tidak... Itu tidak mungkin..."

Sebelum ia bisa berkata lebih jauh, ruangan itu bergetar. Bayangan di sekelilingnya merangkak semakin dekat, menciptakan pusaran kegelapan yang mengancam untuk menelannya.

Wanita itu menatapnya sekali lagi, suaranya lebih mendesak. "Kaelen, jika kau ingin mengingatku... kau harus melawan."

Kaelen mengangkat wajahnya. "Melawan apa?"

Seketika, bayangan itu melesat ke arahnya, membentuk cakar hitam yang siap mencengkeram tubuhnya.

Di luar dunia bayangan, Serina dan Penjaga Ingatan menyaksikan tubuh Kaelen yang terdiam. Mata Kaelen terbuka, tetapi pupilnya hitam pekat, seolah jiwanya berada di tempat lain.

Serina mengguncang bahunya. "Kaelen! Kembali!"

Penjaga Ingatan menggeleng, wajahnya serius. "Ia terperangkap di dalam pikirannya sendiri. Ingatan yang telah ia hilangkan kini menuntut untuk dihadapi."

Serina mengepalkan tinjunya. "Kalau begitu, kita harus membantunya!"

Namun sebelum ia bisa berbuat sesuatu, angin kencang berputar di sekitar mereka. Daun-daun kering beterbangan, dan udara menjadi lebih berat. Dari bayangan, sosok pria bertudung yang sebelumnya mereka temui muncul kembali, kali ini dengan aura yang jauh lebih mengancam.

"Tidak ada yang bisa menyelamatkannya sekarang," katanya dengan suara dingin.

Serina menghunus pedangnya, kilauan biru samar berpendar di sepanjang bilahnya. "Siapa sebenarnya kau?"

Pria itu tersenyum samar. "Aku adalah seseorang yang telah lama menunggu saat ini."

Tanah di sekitar mereka mulai bergetar, seolah sesuatu yang lebih besar sedang bangkit dari kegelapan. Celah retak mulai terbentuk di tanah, memancarkan cahaya merah yang berdenyut seperti nadi.

Serina menatapnya dengan rahang mengeras. "Kalau begitu, kau akan menyesal sudah menunggu."

Dengan satu gerakan cepat, ia menerjang pria itu, dan pertempuran pun dimulai.

This chapt𝙚r is updated by freeωebnovēl.c૦m.

Sementara itu, di dalam pikirannya sendiri, Kaelen berhadapan dengan kegelapan yang semakin menelan dirinya. Jika ia tidak bisa menang melawan ingatan yang hilang, maka ia tidak akan pernah bisa kembali.