The Shattered Light-Chapter 93: – Perang di Dua Dunia

If audio player doesn't work, press Reset or reload the page.

Chapter 93 - – Perang di Dua Dunia

Kaelen mengayunkan pedangnya ke arah bayangan yang melesat ke arahnya. Namun, setiap serangannya menembus udara kosong, sementara kegelapan terus menyusup ke dalam pikirannya. Suara bisikan yang mengganggu semakin menguat, mengisi kepalanya dengan keraguan dan ketakutan.

"Kaelen... kau tidak akan bisa melarikan diri dariku," suara wanita itu berbisik, kali ini lebih dekat.

Kaelen memutar tubuhnya, mencoba mencari sumber suara itu. Wanita tersebut masih berdiri di tengah aula, kini dengan sorot mata yang lebih tajam, seolah menantangnya untuk mengingat.

"Kau ingin kembali?" Wanita itu melangkah maju, cahaya remang-remang dari lantai kaca memantulkan bayangannya dengan samar. "Ingat siapa aku, atau tetaplah tenggelam dalam kegelapan ini."

Kaelen menggertakkan giginya. "Siapa kau sebenarnya?!"

Wanita itu tersenyum samar. "Aku adalah orang yang pernah kau janjikan untuk tidak melupakan. Tapi kau mengorbankanku."

Kilatan memori melintas di benaknya—tangan kecil menggenggam jemarinya, suara tawa lembut di tengah cahaya senja, dan... nama yang hampir muncul di ujung lidahnya.

"Aku..." Kaelen merasakan sesuatu yang menusuk dadanya. "Aku tidak ingin melupakanmu."

Wanita itu menatapnya dengan penuh harapan. "Kalau begitu, lawanlah mereka. Lawan kegelapan yang merenggutku darimu."

Kaelen menghunus pedangnya lebih erat. Saat itu juga, bayangan-bayangan yang mengelilinginya melompat ke arahnya. Dengan kekuatan yang baru bangkit, ia menebas satu per satu, menciptakan kilatan cahaya dalam kehampaan.

Di dunia nyata, Serina bertarung mati-matian melawan pria bertudung. Setiap tebasan pedangnya memicu ledakan energi, namun pria itu tetap tenang, menghindari setiap serangan dengan gerakan yang hampir tak kasatmata.

"Kau bertarung dengan sia-sia," pria itu berujar sambil mengangkat tangannya. "Kaelen tidak akan kembali."

Serina mengayunkan pedangnya dengan lebih kuat, tapi pria itu mengangkat satu jari, dan seketika, kekuatan tak terlihat menghentikan gerakannya. Ia merasakan tekanan besar di tubuhnya, seolah ada rantai tak kasatmata yang mengikatnya di tempat. Setiap helaan napas terasa lebih berat, seakan sesuatu mulai menggerogoti kekuatannya.

"Tidak!" Serina berteriak, mencoba membebaskan diri.

Pria itu berjalan mendekat, sorot matanya penuh kemenangan. "Ketika ia kehilangan ingatan terakhirnya, ia akan benar-benar menjadi bagian dari kehampaan."

Penjaga Ingatan yang selama ini diam akhirnya bertindak. Ia merentangkan tangannya, dan lingkaran cahaya muncul di bawah kakinya. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Pria bertudung menyipitkan mata. "Kau terlalu terlambat."

Tiba-tiba, tanah di sekitar mereka mulai retak lebih besar, cahaya merah yang sebelumnya berdenyut kini memancar dengan lebih intens. Serina bisa merasakan sesuatu bangkit dari kedalaman, sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari sekadar bayangan. Tekanan di udara semakin berat, seakan dunia itu sendiri mulai goyah.

"Kaelen!" Serina berteriak sekuat tenaga. "Kau harus kembali!"

Di dalam pikirannya, Kaelen mendengar suara itu. Sesuatu dalam dirinya bergetar. Ia melihat ke arah wanita itu, yang kini tersenyum lembut.

"Itulah suaramu, Kaelen. Suara yang masih mencarimu."

Kaelen menarik napas dalam, lalu berlari menuju wanita itu. Namun sebelum ia bisa mencapainya, bayangan terakhir menghalangi jalannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi," bisik makhluk itu. Suaranya bercabang, menggema dari segala arah, menciptakan distorsi di udara sekitarnya.

Kaelen mengangkat pedangnya, menatap makhluk itu dengan tekad yang baru. "Aku akan mengingatnya. Aku akan kembali."

Namun sebelum ia menebas, keraguan menghampirinya. Jika ia kembali, apakah ia benar-benar akan mengingatnya? Atau apakah dunia nyata akan mengambilnya lagi?

Wanita itu tersenyum lembut, seakan mengerti ketakutannya. "Pilihannya ada padamu, Kaelen. Tapi jika kau tetap di sini, mereka yang menunggumu akan hilang."

Kaelen mengertakkan gigi, lalu mengayunkan pedangnya dengan seluruh kekuatan yang tersisa. Bayangan itu menjerit saat bilah pedang menembusnya, cahaya terang memenuhi dunianya. Semua bisikan lenyap, semua kegelapan sirna.

The source of this c𝓸ntent is frёeweɓηovel.coɱ.

Saat ia membuka matanya, dunia nyata menyambutnya kembali.

Serina masih terikat oleh kekuatan pria bertudung, tetapi ketika Kaelen kembali berdiri, aura di sekelilingnya berubah. Matanya kembali normal, penuh dengan kesadaran yang baru.

Pria bertudung itu menegang. "Tidak mungkin..."

Kaelen menatapnya dengan tajam. "Aku kembali. Dan aku ingat semuanya."

Namun di balik pikirannya yang kini utuh, sesuatu berbisik lebih dalam. Ada kebenaran lain yang tersembunyi dalam ingatannya, sesuatu yang belum ia ungkap.

Dan sesuatu—atau seseorang—yang masih menunggu dalam kegelapan.

RECENTLY UPDATES
Read Unraveled Ties
RomanceSchool LifeSlice Of Life