The Shattered Light-Chapter 82: – Jejak yang Hilang
Chapter 82 - – Jejak yang Hilang
Kaelen melangkah menyusuri jalan berbatu yang menuntunnya ke utara, meninggalkan reruntuhan dan sisa-sisa perang di belakangnya. Pegunungan yang diselimuti kabut tampak semakin dekat, menyambutnya dengan angin dingin yang menusuk kulit. Setiap langkah terasa berat, bukan hanya karena kelelahan fisik, tetapi karena ketidakpastian yang menggelayuti pikirannya.
Ia tidak tahu apa yang akan ia temukan, atau apakah pencariannya akan membuahkan hasil. Yang ia tahu hanyalah satu hal: di suatu tempat di antara puncak-puncak yang tertutup awan itu, ada seseorang yang mungkin memiliki jawaban atas kehampaan di dalam dirinya.
Dua hari berlalu sejak Kaelen meninggalkan Lyra dan Eryon. Ia kini berada di jalur setapak yang menanjak tajam di antara tebing-tebing curam. Kabut tebal menghalangi jarak pandangnya, hanya menyisakan beberapa meter sebelum segalanya larut dalam abu-abu pekat. Udara tipis membuat napasnya lebih berat, tetapi ia terus berjalan, didorong oleh tekad yang tak bisa dijelaskan.
Angin berdesir kencang, membawa suara yang samar-samar seperti bisikan. Kaelen menegakkan mantel lusuhnya, memastikan pedangnya masih terikat di punggungnya. Suara langkah kaki lain terdengar di belakangnya.
Kaelen berhenti, matanya meneliti kabut di sekelilingnya. Tangannya perlahan bergerak ke gagang pedangnya.
"Siapa di sana?" suaranya bergema di antara batu-batu.
Hening.
Lalu, dari balik kabut, sebuah suara terdengar. "Kaelen Draven..."
Jantungnya berdegup lebih kencang. Suara itu terdengar akrab, tetapi ia tidak bisa mengingat dari mana ia mengenalnya.
Bayangan mulai muncul dari kabut. Seorang pria berkerudung hitam dengan mata tajam berwarna perak berdiri beberapa langkah di depannya. Wajahnya tertutup setengah oleh kain, tetapi auranya mengisyaratkan bahwa ia bukan orang biasa.
Kaelen melangkah mundur, jari-jarinya semakin erat menggenggam pedangnya. "Aku tidak mengikuti orang asing begitu saja."
Pria itu tetap diam, matanya yang berwarna perak seperti menembus Kaelen. "Namun aku bukan orang asing bagimu."
Kaelen mengerutkan kening, tetapi sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, pria itu mengangkat tangannya perlahan, menunjuk ke arahnya. "Kau telah kehilangan seseorang yang penting. Tetapi kehilangan itu bukan hanya karena kekuatanmu... ada sesuatu yang lebih dalam yang telah diambil darimu."
Kaelen menatapnya tajam. "Apa maksudmu?"
Pria itu berbalik dan mulai berjalan ke dalam kabut. "Jika kau ingin jawaban, ikutlah denganku."
Kaelen ragu sejenak, tetapi dorongan dalam hatinya mengatakan bahwa ia harus mengikuti pria itu.
Mereka berjalan selama hampir satu jam sebelum tiba di sebuah gua tersembunyi di balik tebing curam. Dinding gua dipenuhi ukiran-ukiran kuno, bercahaya redup dalam warna keemasan dan perak. Suhu di dalam gua lebih hangat dibandingkan di luar, tetapi ada sesuatu yang membuat udara di sini terasa lebih berat, seolah dipenuhi oleh sejarah yang terlupakan.
Pria itu menyalakan obor dan melangkah lebih dalam. "Aku adalah Penjaga Ingatan. Aku mengawasi mereka yang telah dilupakan dunia."
Kaelen menatap ukiran di dinding. Beberapa di antaranya menggambarkan pertempuran besar, lainnya menunjukkan sosok-sosok yang samar, seolah mereka telah dihapus dari sejarah.
Matanya tertuju pada salah satu ukiran yang lebih besar dari yang lain. Itu bukan sekadar gambar—Kaelen merasa ada sesuatu dalam ukiran itu yang beresonansi dengannya.
Read 𝓁atest chapters at fгeewёbnoѵel.cσm Only.
Seorang prajurit wanita dengan busur di punggungnya, berdiri di tengah pertempuran, wajahnya tertutup bayangan.
Kaelen menyentuh ukiran itu. Seketika, kepalanya terasa berdenyut, dan kilasan-kilasan bayangan melintas di pikirannya. Sosok wanita itu kini lebih jelas—mata yang tajam, rambut hitam yang berkibar ditiup angin, suara yang familiar tetapi tak bisa ia kenali.
Namun, sebelum ia bisa melihat lebih jelas, gambaran itu menghilang.
Kaelen terengah-engah, berpegangan pada dinding gua. "Apa yang terjadi?"
Penjaga Ingatan menatapnya dengan penuh perhatian. "Memori yang telah terhapus tidak bisa kembali begitu saja. Kau harus menghidupkannya kembali, sedikit demi sedikit."
Kaelen mengepalkan tangannya. "Apa yang harus kulakukan?"
Pria itu tersenyum samar. "Temukan bagian dari jiwamu yang hilang. Dan kau akan menemukan orang yang telah kau lupakan."
Namun sebelum Kaelen bisa bertanya lebih lanjut, matanya kembali tertuju pada ukiran itu.
Sekarang, ia menyadari sesuatu yang menggetarkan jiwanya.
Di bawah bayangan sosok wanita itu, tertulis satu nama yang terasa asing, tetapi juga begitu dekat.
Serina.
Dalam keheningan gua yang dipenuhi cahaya redup, Kaelen menyadari bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan kali ini, ia tidak bisa berpaling dari kebenaran yang telah lama tersembunyi.