The Shattered Light-Chapter 76: – Kebangkitan yang Tak Terduga

If audio player doesn't work, press Reset or reload the page.

Chapter 76 - – Kebangkitan yang Tak Terduga

Udara membeku seiring dengan munculnya entitas dari dalam retakan di langit-langit. Cahaya dan kegelapan berputar mengelilinginya, membentuk sosok yang sukar didefinisikan, seolah-olah ia adalah perpaduan dari dua kekuatan yang telah bertarung selama berabad-abad. Ruangan bergetar hebat, menciptakan celah-celah baru di dinding yang retak, seakan bangunan ini sendiri menolak kehadiran makhluk itu.

Kaelen, masih berdiri di tengah aula yang porak-poranda, merasakan tekanan luar biasa menekan tubuhnya. Kekuatan ini jauh lebih besar dari yang pernah ia hadapi sebelumnya. Napasnya terasa berat, dan jari-jarinya mati rasa di sekitar gagang pedangnya. Matanya menyipit saat menatap entitas tersebut—sosok yang perlahan mulai terbentuk.

Sebuah suara bergema dari dalam kehampaan. "Kau telah memilih keseimbangan, tetapi apakah kau siap menghadapi konsekuensinya?"

This chapter is updat𝙚d by freeweɓnovel.cøm.

Lyra menelan ludah, tangannya masih erat menggenggam busurnya. "Apa itu?" bisiknya, hampir tak bersuara.

Eryon melangkah maju, pedangnya siap siaga di tangannya. "Aku tidak tahu... tetapi kehadirannya terasa... berbeda."

Dari dalam pusaran cahaya dan bayangan itu, sesosok tinggi muncul. Matanya bersinar dalam warna keemasan dan kelam sekaligus, tubuhnya seolah terbuat dari pecahan realitas itu sendiri. Wajahnya tidak menampilkan emosi apa pun, tetapi begitu ia membuka mulutnya, suaranya terdengar dalam dan menggema di seluruh aula.

"Aku adalah yang pernah dikurung. Aku adalah yang pernah dilupakan."

Kaelen mempererat genggaman pada pedangnya. "Siapa kau?"

Makhluk itu menatapnya tajam, seolah menembus pikirannya. "Aku adalah perwujudan keseimbangan yang kau cari. Aku adalah awal dan akhir. Dan kini, karena kau telah memilih, aku telah bangkit."

Getaran hebat mengguncang ruangan. Batu-batu berjatuhan dari langit-langit yang retak. Varrok menggeram dan melindungi dirinya dengan kapaknya, sementara Veylan mundur, menatap makhluk itu dengan mata waspada. Lyra berusaha tetap tegak, tetapi Kaelen bisa melihat jari-jarinya yang menggenggam busur mulai gemetar.

"Keseimbangan bukan hanya tentang menyatukan Cahaya dan Kegelapan," lanjut makhluk itu, suaranya semakin berat. "Keseimbangan adalah kehancuran dan penciptaan. Apa yang telah terpecah tidak bisa sekadar disatukan kembali tanpa pengorbanan."

Kaelen merasa dadanya sesak. "Pengorbanan?"

Makhluk itu mengangguk perlahan. "Kau telah memilih jalan yang lebih sulit. Jika kau benar-benar ingin menegakkan keseimbangan, maka dunia lama harus dihancurkan untuk membentuk yang baru."

Lyra menegang. "Tidak! Itu bukan keseimbangan, itu adalah pemusnahan!"

Eryon melangkah maju, wajahnya menunjukkan amarah yang jarang terlihat. "Kau ingin kami menghancurkan dunia ini hanya untuk menciptakan dunia baru? Itu gila."

Makhluk itu tetap diam sejenak, lalu mengangkat tangannya. Dalam sekejap, retakan di sekeliling mereka melebar, memperlihatkan gambaran dunia di luar. Kota-kota yang hancur akibat perang, ladang-ladang yang terbakar, dan lautan yang mengamuk akibat konflik abadi antara Cahaya dan Kegelapan.

"Kau menyebut ini dunia yang layak dipertahankan?" tanya makhluk itu.

Kaelen menggertakkan giginya. Di matanya, kehancuran itu bukan sekadar konsekuensi perang, tetapi juga bukti dari ketidakseimbangan yang dibiarkan berlarut-larut. Namun, meskipun dunia ini terluka, bukan berarti dunia ini harus dihancurkan.

"Dunia ini memang penuh luka, tetapi menghancurkannya bukanlah solusi."

Makhluk itu menatapnya lebih dalam. "Lalu apa solusimu, Penjaga Keseimbangan?"

Suasana menjadi semakin mencekam. Kaelen tahu, kata-katanya berikutnya akan menentukan segalanya. Ia melihat ke arah Lyra, Eryon, Varrok, dan Veylan—orang-orang yang telah berjuang bersamanya, yang telah kehilangan begitu banyak, tetapi masih bertahan. Mereka semua menunggu jawabannya.

Kaelen mengangkat kepalanya dan berbicara dengan suara penuh tekad. "Aku tidak akan membiarkan dunia ini musnah. Jika keseimbangan harus dijaga, maka biarkan aku menjadi penjaganya. Aku tidak akan membangun dari kehancuran, aku akan membangun dari harapan."

Makhluk itu tetap diam, seakan menimbang-nimbang kata-katanya. Cahaya dan kegelapan di tubuhnya berputar semakin cepat, hingga akhirnya ia berkata, "Jika itu yang kau pilih, maka kau harus membuktikan bahwa dunia ini pantas diselamatkan."

Tiba-tiba, cahaya menyelimuti Kaelen, membungkusnya dalam pusaran energi yang semakin pekat. Ia mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa tertarik ke dalam ketiadaan.

"Kaelen!" Lyra berteriak, berusaha menggapainya, tetapi kekuatan itu terlalu kuat.

Eryon mencoba melangkah maju, tetapi retakan di lantai menghalanginya. "Kaelen! Bertahanlah!"

Varrok menggeram, berusaha menghantam energi itu dengan kapaknya, tetapi usahanya sia-sia.

Kaelen hanya sempat melihat wajah mereka sekejap sebelum semuanya menjadi putih. Suara Lyra memudar, begitu pula suara teman-temannya.

Dalam sekejap, ia tidak lagi berada di aula yang hancur.

Ia berdiri di tempat lain—tempat yang asing, tetapi terasa akrab.

Ujiannya belum berakhir.

RECENTLY UPDATES
Read A Night of Desperation
ActionAdventureMatureMystery
Read Sect Master's Immortal Journey
FantasyRomanceSupernaturalXianxia
Read Blackstone Code
MatureFantasyHistoricalHarem
2.9

Chapter 275:

a few seconds ago

Chapter 274:

a day ago
Read Star Odyssey
ActionAdventureHaremSci-fi